Aksi Bengis KST Ancam Kedamaian Papua
Oleh : Alfred JIgibalom )*
Kelompok separatis dan teroris (KST) kembali berulah dengan membakar belasan rumah warga Papua hingga menewaskan rakyat sipil. Masyarakat mendukung TNI/Polri untuk menumpas KST karena aksi bengis gerombolan tersebut telah mengancam kedamaian Papua.
Papua kembali bergejolak setelah KST kembali menyengsarakan warga. Keberadaan kelompok separatis ini bagai duri dalam daging karena mereka selalu berulah dan korbannya adalah masyarakat sipil yang tak berdosa. Padahal KST berkoar-koar akan kemerdekaan, tetapi malah jelas-jelas merugikan orang asli Papua, sungguh sebuah tindakan yang kontras dan mengherankan.
KST membakar sampai 16 rumah warga di Kampung Kago, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua. Peristiwa itu membuat masyarakat mengungsi ke tempat-tempat yang aman. Mirisnya, aparat yang akan menyelamatkan warga malah ditembak saat dalam perjalanan, sehingga terjadi kontak senjata. Saat mereka akan memadamkan api juga dihalang-halangi. Hal ini dipaparkan oleh Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Musthofa Kamal.
Masyarakat mengecam aksi keji KST karena hal ini bukan untuk pertama kalinya. Tanggal 31 maret 2022 lalu mereka juga membakar rumah warga di Ilaga, bahkan juga menganiaya seorang pengajar. Mereka juga pernah membakar gedung sekolah. Warga sudah muak dengan KST yang hanya bisa merusak dan membakar tetapi tidak pernah memberikan manfaat bagi orang asli Papua.
Orang asli Papua sendiri tidak menyukai KST karena mereka terlalu sering melakukan aksi berupa teror dan perusakan, baik ke fasilitas umum maupun properti milik warga sipil. Kerugiannya tentu tidak sedikit dan mereka tidak pernah bertanggungjawab akan penggantian material atau uangnya.
KST bahkan membunuh warga sipil di Bumi Cendrawasih seperti seorang tukang ojek yang kehilangan nyawa setelah ia dan rekannya diserang di Kawasan Puncak Jaya. Menurut Kapolda Papua Irjen Mathius Fakiri, peristiwa itu terjadi tanggal 12 april 2022 jam 10 WIT. Kedua tukang ojek langsung dievakuasi ke RSUD Mulia, satu tidak selamat sementara satu lagi dirawat karena terkena rekoset di bagian kepala.
Penyerangan yang terjadi ke warga sipil selalu dengan alasan bahwa ia adalah mata-mata aparat. padahal itu hanya fitnah yang dikarang oleh KST sendiri. Warga yang tidak memiliki senjata untuk melindungi diri tentu langsung meregang nyawa begitu kena muntahan pelor panas.
Padahal KST adalah anak buah OPM (organisasi Papua Merdeka) yang selalu menjanjikan tentang republik federal papua barat. Bagaimana bisa mereka membelot dan menarik simpati orang asli Papua jika warga asli selalu dirugikan? Amatlah aneh karena KST makin menggila sampai tega membakar rumah saudara sesukunya sendiri.
Sudah terlalu banyak daftar kekejaman KST dan pentolan-pentolannya masuk ke dalam daftar pencarian orang. Oleh karena itu masyarakat Papua sendiri mendukung tindakan aparat, khususnya Satgas Damai Cartenz, untuk melakukan penangkapan KST. Penyebabnya karena KST sudah masuk ke ranah kriminal dengan melakukan perusakan.
Masyarakat mendukung Satgas Damai Cartenz dengan menjadi informan, jadi ketika ada kegiatan yang mencurigakan bisa langsung dilaporkan. Penyebabnya karena bisa jadi di sana ada anggota KST yang sedang menyamar. Jika ada pelaporan seperti ini maka makin bagus karena anggota KST bisa dicokok dengan cepat.
Sementara itu, warga mendukung aparat dengan tidak mau menyembunyikan anggota KST yang melarikan diri dari kejaran petugas, baik setelah melakukan penembakan atau bukan. Mereka sadar bahwa KST amat merugikan sehingga tidak mau diajak bekerja sama. KST bukanlah pahlawan tetapi malah penjahat yang sukanya mengacak-acak perdamaian di Bumi Cendrawasih.
Keberadaan KST amat mengganggu masyarakat di Bumi Cenderawasih, apalagi mereka tidak sekadar menakut-nakuti dengan senjata api, tetapi sampai melakukan pembakaran rumah. Warga sipil sudah jenuh dengan tingkah mereka yang makin tidak terkontrol. Oleh karena itu masyarakat mendukung penuh Satgas Damai Cartenz dalam menangkap KST agar perdamaian di Bumi Cendrawasih selalu terwujud.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Bali