Penyebaran Radikalisme Ancam Keutuhan Bangsa
Oleh : Muhammad Yasin )*
Radikalisme amat berbahaya karena bisa mengancam keutuhan bangsa. Untuk mencegah meluasnya radikalisme maka para ulama sangat berperan penting, karena memiliki pengaruh besar dalam menanamkan moderasi beragama kepada masyarakat.
Pemerintah berusaha keras untuk mencegah penyebaran radikalisme dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan membubarkan ormas radikal. Selain itu, seluruh elemen masyarakat juga diharap turut aktif dan membantu pemerintah dalam pemberantasan radikalisme. Pasalnya, paham ini amat berbahaya karena bisa menghancurkan perdamaian di Indonesia.
Menkopolhukam Mahfud MD menyatakan, “NKRI sebagai anugerah dari Yang Maha kuasa harus dirawat. Salah satu yang mengancam perawatan NKRI adalah radikalisme. Kita membangun Indonesia dengan berdasarkan ijtihad para ulama. Ulama thoriqoh memberikan sumbangan besar bagi berdirinya negeri ini.”
Menteri Mahfud melanjutkan, ada tiga tingkatan radikalisme, “Pertama adalah jihadis yang paling ekstrim karena boleh membunuh orang lain yang tidak sepaham. Kedua adalah takfiri yang menganggap paham lain, walau satu keyakinan, adalah sesat. Sedangkan yang ketiga adalah radikalisme ideologis yang menganggap salah pancasila dan UUD 1945.”
Dari penuturan Menteri Mahfud maka kita disadarkan betapa bahayanya radikalisme di Indonesia. Apalagi mereka sudah menyebar sampai ke media sosial untuk mendapatkan kader-kader baru. Jika makin banyak anggotanya maka makin berbahaya. Apakah Anda mau anak-anak jadi jihadis lalu berakhir jadi pengantin bom? Sungguh mengerikan.
Radikalisme bisa mengancam keutuhan bangsa karena kelompok radikal melakukan tindakan ekstrim seperti pengeboman. Tak hanya gedung yang hancur tetapi juga bisa memakan korban jiwa. Nama baik Indonesia juga bisa rusak akibat jahatnya kelompok radikal. Mereka juga menghasut masyarakat agar membenci pemerintah supaya ada 2 kubu dan jika ini terjadi maka keutuhan dan kedamaian Indonesia benar-benar rusak.
Kita wajib menghapus radikalisme dari negeri ini. Untuk mengatasi radikalisme maka ulama berperan penting karena mereka menempati posisi terhormat di masyarakat. Jika para ulama mengajarkan tentang perdamaian maka tidak ada yang mau teracuni oleh radikalisme, karena mereka mengajarkan cara-cara kasar dan di luar nalar.
Ulama, terutama yang mengajarkan thoriqoh alias tarekat, juga bisa memberantas radikalisme di Indonesia. Mereka mengajarkan tarekat yang membumi. Dalam artian, ajaran ini tidak hanya dipelajari oleh para sufi dan wali, tetapi warga biasa juga bisa (asal ia mau belajar).
Inti dari ajaran tarekat adalah cinta kasih. Ketika seseorang belajar tarekat ia menyayangi tak hanya ke atas (Tuhan) tetapi juga ke sesama manusia. Untuk memahami tarekat memang butuh waktu tetapi kita pasti bisa, karena ajaran ini amat agung.
Jika para ulama menyebarkan tarekat maka masyarakat bisa tahu apa itu tarekat dan bagaimana implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka jadi paham bahwa cinta dalam tarekat bukan hanya milik sepasang suami dan istri tetapi juga sesama insan. Dalam artian, kita memang harus saling menyayangi dan menghormati, serta penuh toleransi.
Saat seseorang yang memahami tarekat bermasyarakat maka ia tidak akan mudah menuduh karena memiliki rasa cinta di dalam hatinya. Rasa itu akan membuatnya selalu positive thinking dan tidak memvonis orang lain yang berbeda pandangan, atau mengkafirkan orang lain seperti yang dilakukan oleh kelompok radikal. Dengan begitu maka radikalisme bisa dilawan.
Penyebaran radikalisme berusaha dicegah agar tidak makin masif. Mereka harus diberatas karena mengancam keutuhan bangsa. Ulama, terutama yang mendalami tarekat, juga wajib membantu pemerintah dalam pemberantasan radikalisme. Masyarakat bisa belajar tarekat yang penuh cinta kasih agar mereka tidak terseret oleh arus radikal dan teroris.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini